Terima Kasih, Sayang

Farihatul Aisya Hanna, si gadis yang sanggup berkorban demi jejaka yang dicintainya meski nyawa jadi taruhan. Setelah bertahun menunggu, akhirnya takdir cinta berpihak kepadanya. Dia dan Ezwan disatukan dalam satu ikatan yang suci.

“Hanna buat jantung abang berdegup kencang. Pastikan kecantikan Hanna tu hanya untuk abang dan bukan orang lain, ya?” - Ezwan

Kala hidupnya menjamah bahagia, ada insan lain yang terluka lewat kebahagiaan Hanna. Hampir sepuluh tahun menanti cinta daripada gadis itu, Darwin akhirnya mengalah dan reda dengan ketentuan. Hanna hanya menganggap Darwin sebagai abangnya.

“Tolong jaga Hanna baik-baik. Sayangi dan cintailah dia sepenuh hati sama seperti awak jaga dan sayangkan nyawa awak. Jangan sia-siakan hidup dia.” - Darwin

Dalam asyik terbuai dengan cinta Ezwan, rupa-rupanya Hanna salah menilai. Cinta Ezwan ibarat sekadar menanam tebu di pinggir bibir. Saat muncul Melissa si penggoda, dengan mudah cinta Ezwan beralih pergi.

“Hei, perempuan. Kalau kau nak tahu, selama ni aku tak pernah ikhlas cintakan kau.”
“Tolonglah, abang. Tolonglah cintakan Hanna. Hanna sanggup tunggu walaupun seumur hidup.”

Namun segalanya bagai sudah terlewat saat lafaz cerai diucapkan Ezwan. Hanna pasrah. Hati perempuannya bagai ditikam belati berbisa. Tidak berhakkah dia untuk memperolehi cinta sejati? Saat cuba diubati luka hatinya itu, Darwin kembali menagih sesuatu yang sudah lama diimpikan.

“Hanna tahu kan yang hati abang tak mungkin akan berubah?” - Darwin.
“Abang tahu status Hanna, kan? Takkan abang masih nakkan Hanna?” - Hanna.
“Abang tak kesah. Seumur hidup abang, hanya nama Hanna yang tertera dalam hati.” - Darwin.

Ezwan yang ternyata kesal akan tindakan gopohnya kembali merayu cinta suci Hanna. Tidak dapat dia bohongi bahawa hanya Hanna seorang yang mampu takluki cintanya.

“Abang sanggup lakukan apa saja untuk dapatkan Hanna kembali.”

Kini, antara cinta pertama dan seseorang yang begitu setia mencintainya, siapakah yang harus Hanna pilih? Pujangga mengatakan, pilihlah mereka yang mencintai kita lebih daripada kita mencintainya. Adakah itu yang Hanna lakukan?